Sabtu, 24 Maret 2012

Tugas Geografi Pelestarian Alam


Bank sampah rekayasa sosial untuk pelestarian lingkungan

         Padang (ANTARA News) - Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah pada dasarnya merupakan konsep buatan manusia.
         Sampah dapat berada pada setiap fase materi padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan dalam dua fase yang disebutkan terakhir, terutama gas, sampah dapat dikatakan sebagai emisi.
         Emisi biasa dikaitkan dengan polusi. Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari aktivitas industri (dikenal juga dengan sebutan limbah), misalnya pertambangan, manufaktur, dan konsumsi.
         Hampir semua produk industri akan menjadi sampah pada suatu waktu, dengan jumlah sampah yang kira-kira mirip dengan jumlah konsumsi. Sampah juga merupakan suatu bahan terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomis.
         Menurut Guru Besar Ilmu Lingkungan Hidup Universitas Negeri Padang Prof. Dr. Eri Barlian, MSi, sampah pada tahap awal belum dapat menghasilkan nilai apa pun sebelum mengalami proses tertentu atau perubahan hingga berkontribusi negatif dan atau pun positif.
         "Proses perubahan tersebut akan berlangsung secara alami dan oleh tindakan manusia, bergantung terhadap nilai apa yang ingin dihasilkan dari sampah tersebut, positif atau negatif," katanya di Padang, Senin.
         Melihat kecenderungan aktivitas manusia dewasa ini, menurut dia, intensitas sampah yang dihasilkan akan terkelompok menjadi dua, yakni sampah hasil aktivitas industri dan sampah hasil aktivitas rumah tangga.
         Ia mengatakan, sampah industri dihasilkan dari kegiatan industri untuk pemenuhan kebutuhan manusia, baik kebutuhan makan, minum dan sejenisnya atau pun penunjang aktivitas keseharian.
         Sementara sampah rumah tangga merupakan sisa akhir dari proses pemanfaatan materi tertentu baik berupa sampah organik maupun anorganik.
         Ia menyebutkan, hingga saat ini upaya pengelolaan sampah rumah tangga masih belum dilakukan secara optimal.

         Kecenderungan masyarakat masih menjadikan sampah sebagai limbah yang harus disingkirkan sejauh mungkin dari keberadaannya di lingkungan. Maka, tempat pembuangan akhir (TPA) menjadi satu-satunya muara dari aktivitas manusia itu.
         Di Kota Padang diperkirakan produksi sampah saat ini mencapai rata-rata 500 ton per hari, sementara hanya 60 hingga 70 persen saja yang bisa dibuang ke TPA.
         Sementara itu, TPA sampah di Kelurahan Air Dingin, Kecamatan Koto Tangah hanya mampu menampung sampah untuk 10 hingga 15 tahun ke depan.

Petugas kebersihan membersihkan sampah (ilustrasi/ANTARA/Fanny Octavianus)
“Proses perubahan tersebut akan berlangsung secara alami dan oleh tindakan manusia, bergantung terhadap nilai apa yang ingin dihasilkan dari sampah tersebut, positif atau negatif,”
Untuk menanggulangi kondisi tersebut, lanjut Eri, diperlukan suatu tindakan guna mengurangi volume sampah yang sering kali berdampak negatif bagi kesehatan dan lingkungan.
            "Kesadaran tersebut dapat ditumbuhkembangkan dengan menyosialisasikan pemilahan sampah organik dan anorganik dimulai dari lingkungan rumah tangga," jelas dia.
            Sampah organik, katanya, sebaiknya diolah sendiri oleh masyarakat ke bentuk lain seperti kompos yang dapat digunakan sebagai pupuk. Jika hal itu memberatkan, maka sebaiknya ada suatu unit pengelolaan khusus yang menampung sampah organik untuk diubah menjadi pupuk.
            Sedangkan sampah anorganik, disalurkan ke tempat penampungan khusus untuk didaur ulang.
            "Untuk pengelolaan sampah anorganik tersebut saya sangat mendukung upaya pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup yang menggencarkan pendirian bank sampah di banyak daerah di Indonesia," katanya.
            Untuk itu, diperlukan sosialisasi lebih optimal kepada masyarakat khususnya di Kota Padang, sehingga bank sampah dapat berimplikasi ekonomi dan turut mendukung pelestarian lingkungan dari pencemaran akibat sampah, katanya menambahkan.

Optimalisasi Bank Sampah
            Badan Pengelolaan Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Kota Padang terus mengupayakan agar bank sampah dapat berdiri dan dikelola di banyak tempat di daerah itu.
            Kepala Bapedalda Kota Padang Indang Dewata mengatakan, tidak mudah untuk menurunkan volume sampah hasil rumah tangga yang saat ini sudah mencapai rata-rata 500 ton per hari.
            "Produksi sampah dari rumah tangga dapat dikelola agar secara langsung berimplikasi pada penurunan volume sampah di Padang," katanya.
            Upaya pengelolaan tersebut, katanya, dirancang dalam suatu rekayasa sosial berdampak ekonomi kerakyatan yang diaplikasikan dalam bentuk bank sampah.
            Ia menyebutkan, Kementerian Lingkungan Hidup merancang program bank sampah dengan tujuan dapat menumbuhkan ekonomi kerakyatan, khususnya di tingkat rumah tangga.
            Bank sampah di Kota Padang telah dirintis sejak 28 Februari 2011 dan langsung diresmikan oleh Menteri Lingkungan Hidup Gusti Muhammad Hatta.
            "Bank sampah pada prinsipnya adalah satu rekayasa sosial untuk mengajak masyarakat memilah sampah, sehingga secara langsung dapat mengurangi tumpukan sampah di tempat pembuangan akhir," kata Indang.
            Ia menjelaskan, bank sampah itu merupakan suatu upaya pemberdayaan masyarakat di lingkungan terkecil (RT) hingga ke tingkat kelurahan dalam memanfaatkan sampah menjadi produk yang bernilai ekonomis.
            Struktur manajemennya juga berasal dari masyarakat sekitar. Bank sampah akan mengganti sampah anorganik milik masyarakat yang telah dipilah dengan nilai berkisar antara Rp6 ribu sampai Rp8 ribu per kilogram untuk sampah kualitas bagus, Rp4 ribu sampai Rp6 ribu per kilogram untuk sampah kualitas sedang, dan sampah kualitas rendah akan dihargai di bawah Rp4 ribu per kilogram.
            "Sampah bukan limbah yang tidak memiliki nilai sama sekali. Sampah justru menghasilkan nilai ekonomis bagi masyarakat apabila diolah menjadi produk-produk bermanfaat," katanya.
            Bapedalda Kota Padang juga memberikan pelatihan pengolahan limbah anorganik kepada masyarakat agar menjadi produk bernilai ekonomis dengan prinsip 3R (reuse, reduce, recycle).
            "Sedangkan untuk sampah organik akan diolah warga masyarakat menjadi pupuk kompos," katanya.
            Bapedalda juga tengah mengupayakan kerja sama dengan perusahaan retail yang ada di Padang untuk memanfaatkan hasil produk olahan sampah anorganik itu, seperti memanfaatkan produk olahan bank sampah sebagai "souvenir" atau untuk kantong barang belanjaan.
            Selain itu, Bapedalda juga akan bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Kota Padang untuk terus mengembangkan bank sampah hingga ke seluruh sekolah di daerah itu.
            "Untuk sosialisasi ke seluruh sekolah mulai dari SD hingga SMA sederajat rencananya dilakukan secara bertahap. Sosialisasi akan disampaikan ke dalam tiga kelompok sekolah SD, SMP dan SMA," katanya.
            Kepala Dinas Pendidikan Kota Padang Bambang Sutrisno mengatakan, bank sampah sudah beroperasi di enam sekolah Adiwiyata tingkat nasional dan 11 sekolah Adiwiyata tingkat provinsi.
            "Enam sekolah Adiwiyata tingkat nasional tersebut telah melakukan pengelolaan sampah secara profesional melalui bank sampah," ujarnya.
            Ia mengatakan, pengembangan bank sampah di seluruh sekolah di Padang merupakan langkah pemberdayaan siswa dalam mengelola sampah hingga menghasilkan nilai ekonomi.
            Secara umum, kata dia, banyak sekolah di Padang telah mengupayakan agar para siswanya secara bertahap belajar mengelola sampah.
            "Bank sampah menjadi salah satu solusi, sehingga setiap sekolah dapat memberdayakan siswanya untuk memilah sampah organik dengan anorganik yang tidak hanya memberi nilai ekonomi, namun yang lebih penting mendidik siswa untuk peduli terhadap kelestarian lingkungan," kata Bambang.
(KR-AH)

Kamis, 15 Maret 2012

Penghematan energi demi Kehidupan Mendatang


Menabung Energi Untuk Masa Depan
            Wilayah Sumatra Selatan yang dikenal dengan sebutan Bumi Sriwijaya memiliki potensi energi panas bumi besar. Bahkan pakar-pakar memprediksi Sumsel merupakan salah satu wilayah yang memilliki cadangan geotermal terbesar di dunia.   Berdasarkan hasil penemuan potensi geothermal terbaru di Muara Enim, Sumsel. Semendo Kabupaten Muara Enim, memiliki dua daerah prospek panas bumi, di Kecamatan Semende Darat Laut tepatnya di desa penindaian (Lumut Balai) dan Kecamatan Semende Darat Ulu di desa Segamit (Rantau Dedap). Karena  kapasitas cadangan yang besar potensi panas bumi di Semendo mulai tahun 2006 (Lumut Balai) dikembangkan oleh Pertamina Geothermal Indonesia.
            Pemanfaatan energi panas bumi memang tidak mudah. Energi panas bumi yang umumnya berada di kedalaman 1.000-2.000 meter di bawah permukaan tanah sulit ditebak keberadaan dan akibat jika terjadi kesalahan dalam perkiraan.
            Investasi untuk menggali energi panas bumi tidak sedikit karena tergolong berteknologi dan beresiko tinggi. Membutuhkan dana yang banyak, Investasi untuk kapasitas di atas satu MW, berkisar Rp 20.000.000-40.000.000 per kilowatt (kW).
            Dalam pembangkitan listrik, harga jual per kWh yang ditetapkan PLN dinilai terlalu murah sehingga tak sebanding dengan biaya eksplorasi dan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP).
            Di sisi lain, adanya potensi panas bumi di suatu daerah biasanya di pegunungan dan terpencil sering tak bisa dimanfaatkan karena kebutuhan listrik di daerah itu sedikit sehingga belum ekonomis untuk mengeksplorasi dan memanfaatkan energi panas bumi tersebut.
            Kelestarian alam harus selalu dijaga, bila tidak akan mengancam kelangsungan hidup mendatang. Manusia harus bisa memanfaatkan barang yang tersedia. Menggunakan sesuai dengan kebutuhan, dan memperkecil emisi negatif dari penggunaan.
            Energi dengan mudahnya tersedia di negara maju. Energi begitu murahnya bagi negara maju, hingga masyarakatnya tidak memperhatikan secara serius tentang energi, asal-usulnya dan pengadaannya, serta konsekwensi negatif yang ditimbulkan.      Energi dunia terutama timbul dari pembakaran bahan bakar fosil, yang menyebabkan bagian terbesar emisi rumah kaca. Pengurangan emisi gas rumah kaca berarti pengurangan pemakaian bahan bakar fosil. Keperluan energi dunia sudah mencapai lebih dari 10 giga ton ekuivalen minyak bumi pada tahun 2005” .
            Industri yang paling boros energi adalah transportasi, dan diikuti oleh industri penyedia energi (pembangkit tenaga listrik dengan fosil fuel). Industri transportasi yang paling boros adalah kendaraan bermotor, khususnya mobil.
            Bahan bakar minyak untuk transportasi semakin lama semakin mahal.Pemakaian BBM bersubsisi di Indonesia saat ini 89% oleh kendaraan bermotor, Besarnya subsidi dalam rupiah saat ini per tahunnya mencapai Rp. 200 trilyun.
            Untuk mengurangi beban pemerintah atas subsidi dan menjaga kelestarian alam dengan menabung energi untuk masa depan, sebagai usulan dalam pemanfaatan energi ke pemerintah, perlu usulan kebijakan yaitu;
(1). Kebijakan transportasi darat dimana ditekankan, jaringan kereta api   double  track.
(2). Penyediaan sumber energi gas, jaringan pipa dan pemanfaatan hidrogen.
(3). Peralatan pembangkit Listrik didistribusikan tersebar menggunakan lampu LED dan pemakaian arus DC.
(4)  Kebijakan menggunakan transportasi umum dari pada kendaraan pribadi.
(5) Melakukan sosialisasi terhadap masyarakat, dampak terhadap lingkungan penggunaan energi panas yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
(6) Mencanangkan  progam kepada masyarakat akan pentingnya pohon bagi kelangsungan hidup.
(7) Mempersempit wilayah untuk pembangunan dan memperluas ruang untuk bernapas yaitu memperluas lingkungan hijau.
(8) Membuat lubang Bor Biopori agar semakin luas daerah serapan air, maka tanah pun akan semakin gembur dan subur sebagai lahan tanaman.
(9) Menerapkan reduce(mengurangi), reuse(menggunakan kembali), dan recycle(mendaur ulang) untuk menjaga kelestarian alam.
(10) Mengurangi Penggunaan motor beralih ke sepeda dan jalan kaki.
Kelestarian alam menjadi kebutuhan hidup yang sehat, jaga kelestarian alam, sukseskan progam yang telah direncanakan. Let’s go to be green!!!

                                    Nama  : Eka Pratiwi (SMAN I Indralaya Utara)